Saturday 10 January 2009

Kursi Air Asia

Malam tadi sy berbincang_bincang dgn seorang engkoh2. Beliau sorenya baru balik dari KL bersama istrinya. KL - Padang pesawatnya Air Asia; dimana semua penumpang tidak diberi nomor kursi dan berebutan memilih kursi masing2. Karena si engkohberumur diatas 65 thn, maka beliau diperbolehkan lebih dulu naik pesawat sblm yg lainnya dan beliau memilih kursi paling depan, juga untuk istrinya.

Ketika para penumpang mulai masuk, terdapat seorg gadis yg stroke (umur 20 sdh kena stroke!) beserta mamanya. Pramugari bertanya, apakah si gadis boleh duduk di sebelah dalam (kursi Air Asia tsb 3 perbarisnya). Engkoh tsb dan istrinya berdiri mempersilahkan masuk, namun melihat mama si gadis mencari tempat duduk lain, akhirnya si engkoh memberikan tempat duduknya ke mama anak tsb dan mencari tempat duduk lain agak ke belakang. 

Di belakang tempat duduk kosong tidak ada lagi yg dempet dua. Adanya satu kosong dan lainnya di baris yg lain. Akhirnya si Engkoh dan istri nya duduk masing-masing di kursi kosong yg berseberangan baris. Untunglah, ada seorg pemuda yg berdiri dan mempersilahkan si engkoh untuk duduk bersebelahan dgn istrinya dan si pemuda kemudian pindah ke tempat duduk si engkoh.

Berebutan tempat duduk di Air Asia, seperti juga berebutan-berebutan tempat lainnya, sarat dgn egoisme. Dari kejadian di atas si engkoh mengakui dgn jujur bahwa dia berusaha mengalahkan ego-nya untuk bisa memberikan kursi tsb. Dan setelah perbuatan tsb dilakukan, perasaannya menjadi puas (sy artikan: berbahagia, karena ia me-reply kejadian tsb sambil tersenyum). Apalagi, dengan adanya tindakan si pemuda yg kemudian mengalah, memberikan tempat untuk si engkoh dan istrinya; perbuatan baik si engkoh berkemungkinan telah menginspirasi org lain unt berbuat baik pula.

Kami akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa: perbuatan baik mesti dilatih.

Perbuatan baik, seperti perbuatan-perbuatan kita yg lainnya, adalah hasil latihan yg kita lakukan berulang-ulang. Tidak selalu kita mendapat kesempatan untuk bisa berbuat baik, dan tidak gampang bagi kita untuk berbuat baik jika kesempatan tsb tiba. Seringkali ego kita lebih mendominasi. Ego akan membimbing kita untuk mengamankan posisi kita dan tidak mau tau dgn kondisi sekitar. Yg penting posisi kita sdh senyaman mungkin, masa bodoh dgn org-org lain yg kesusahan. 


Kejadian sehari-hari seperti contoh diatas, kalau kita 'sadari' sangat sering terjadi dalam kehidupan kita. Cuman saja, kita ada menyadari-nya atau tidak. Jika ada kita sadari, apakah kita ada mengambil tindakan yg baik atau tidak. 

Seperti kata engkoh tadi: "Untuk bisa berbuat baik, diperlukan latihan"

Padang, 10 Jan 09

::

No comments: